About Me

Cerita Dewasa 2019 Berebutan Satu Memek


Sebut saja nama saya Riva, umur saya
17 tahun, kelas 3 SMA. Sebagai anak SMA, tinggi saya relatif sedang, 160 cm, dengan berat 46 kg,
dan cup bra 34B.
Untuk yang terakhir itu, saya memang cukup pede. Walau sebenarnya wajah saya cukup manis, saya
sudah lumayan lama menjomblo, Di sekolah saya punya teman akrab namanya Nesha. Dia juga lumayan cantik, walau lebih
pendek dari saya, tapi dia sering banget gonta-ganti pacar. Nesha memang sangat menarik, apalagi ia
sering menggunakan seragam atau pakaian yang minim… peduli amat kata guru, pesona jalan terus!
Saat darmawisata sekolah ke Cibubur, saya dan dia sekamar, bersama dengan empat orang lain. Satu
kamar memang dihuni enam orang, tapi sebenarnya kamarnya kecil bangeeet. Saya dan Nesha
sampai berantem sama guru yang mengurusi pembagian kamar, dan alhasil, kami pun bisa
memperoleh villa lain yang agak lebih jauh dari villa induk.
Disana, kami berenam tinggal dengan satu kelompok cewek lainnya, dan di belakang villa Kami adalah
villa cowok yang hanya terpisah pagar tanaman.
“Va, lo udah beres-beres belum?” tanya Nesha saat dilihatnya saya masih asyik tidur-tiduran sambil
menikmati dinginnya udara Cibubur, lain dengan Jakarta.
“Belum, ini baru mau” Jawab saya sekenanya, karena masih malas bergerak.
“Nanti aja deh, kita jalan-jalan, yuk” ajak Nesha santai.
“Boleh juga…” gumam saya sambil bangun dan menemaninya jalan-jalan.
Kami berkeliling melihat-lihat pasar lokal, villa induk, dan tempat-tempat lain yang menarik. Di jalan,
kami bertemu dengan Faiz, Vino, dan Reza yang kayaknya lagi sibuk bawa banyak barang.
“Mau kemana, Za?” sapa Nesha.

“Eh, Nesha.. Aku ama yang lain mau pindahan nih ke villa cowok yang satunya, villa induk udah penuh
sih.” Faiz yang menjawab.
“Kalian mau bantu, nggak? Gila, aku udah nggak kuat bawa semuanya, nih.” Pintanya memelas.
“Oke, tapi yang enteng ajaaa…” jawab saya sambil mengambil alih beberapa barang ringan, Nesha ikut
meringankan beban Vino dan Reza.
Sampai di villa cowok, saya bengong. Yang bener aja, masa iya saya dan Nesha harus masuk ke
sana? Akhirnya saya dan Nesha hanya mengantar sampai pintu. Reza dan Vino bergegas masuk,
sementara Faiz malah santai-santai di ruang tamu.
“Masuk aja kali” Ajaknya cuek.
“Ngg… nggak usah, Za.” Tolak saya, Nesha diam aja.
“Nesha! Sini dong!” terdengar teriakan dari dalam. Saya mengenalinya sebagai suara Dio.
“Aku boleh masuk ya?” tanya Nesha sambil melangkah masuk sedikit.
“Boleh doooong!!” terdengar suara kompak anak cowok dari dalam.
Nesha langsung masuk, saya tak punya pilihan lain selain mengikutinya. Di dalam, anak-anak cowok,
sekitar delapan orang, kalo Faiz yang diluar nggak dihitung, lagi asyik nongkrong sambil main gitar.
Begitu melihat kami, mereka langsung berteriak girang.
“Eh, ada cewek!! Serbuuuuu!!” Serentak, delapan orang itu maju seolah mau mengejar kami, saya dan
Nesha langsung mundur sambil tertawa-tawa.
Saya langsung mengenali delapan orang itu, Reza, Vino, Dio, Ricky, Doni, Adit, Helmi, dan Rudi.
Semua dari kelas yang berbeda-beda. Tak lama, saya dan Nesha sudah berada di antara mereka,
bercanda dan ngobrol-ngobrol.
Nesha malah dengan santai tiduran telungkup di kasur mereka, saya risih banget melihatnya, tapi diam
aja. Entah siapa yang mulai, banyak yang menyindir Nesha.
“Nesha… nggak takut digrepe-grepe lu di atas sana?” tanya Vino bercanda.
“Siapa berani, ha?” tantang Nesha bercanda juga.
Tapi Ricky malah menanggapi serius, tangannya naik menyentuh bahu Nesha. Cewek itu langsung
memekik menghindar, sementara cowok-cowok lain malah ribut menyoraki. Saya makin gugup.
“Nesha, bener ya kata gosip lo udah nggak virgin?” kata Rudi.

“Kata siapa, ah…” balas Nesha pura-pura marah.
Tapi gayanya yang kenes malah dianggap sebagai anggukan iya oleh para cowok.
“Boleh dong, aku juga nyicip?” tanya Dio.
Nesha diam aja, saya juga tambah risih. Apalagi pundak Dio mulai ditempelkan ke pundak saya, dan
entah sengaja atau tidak, tangan Helmi menyilang di balik punggung saya, seolah hendak merangkul.
Bingung karena diimpit mereka, saya memutuskan untuk tidak bergerak.
“Aku masih virgin, Riva juga… kata siapa itu tadi?” omel Nesha sambil bergerak untuk turun dari kasur,
tapi ditahan Rudi.
“Gitu aja marah, udah, kita ngobrol lagi, jangan tersinggung.” Bujuknya sambil mengelus-elus rambut
Nesha.
Saya tahu Nesha dulu pernah suka sama Rudi, jadi dia membiarkan Rudi mengelus rambut dan
pundaknya, bahkan tidak marah saat dirangkul pinggangnya.
“Va, lo mau dirangkul juga sama aku?” bisik Helmi di telinga saya.
Rupanya ia menyadari kalau saya memperhatikan tangan Rudi yang mengalungi pinggang Nesha.
Tanpa menunggu jawaban, Helmi memeluk pinggang saya, saya kaget, namun sebelum protes, tangan
Dio sudah menempel di paha saya yang terbungkus celana selutut, sementara pelukan Helmi membuat
saya mau tak mau berbaring di dadanya yang bidang.
Teriakan protes dan penolakan saya tenggelam di tengah-tengah sorakan yang lain. Faiz bahkan
sampai masuk ke kamar karena mendengar ribut-ribut tadi.
“Aku juga mau, dong!” teriak Faiz.
Reza dan Ricky menghampiri Nesha yang juga lagi dipeluk Rudi, sementara Vino, Adit, dan Faiz
menghampiri saya. Berbeda dengan saya yang menjerit ketakutan, Nesha malah kelihatan keenakan
dipeluk-peluki dari berbagai arah oleh cowok-cowok yang mulai kegirangan itu.
“Jangan!” teriak saya saat Faiz mencium pipi, dan mulai merambah bibir saya.
Sementara Adit menjilati leher saya dan tangannya mampir di dada kiri saya, meremas-remasnya
dengan gemas sampai saya kegelian. Saya rasakan genggaman kuat Dio di dada kanan saya,
sementara Vino menjilati pusar saya.
Ternyata mereka telah mengangkat kaos saya sampai sebatas dada. Saya menjerit-jerit memohon
supaya mereka berhenti, tapi sia-sia. Saya lirik Nesha yang sedang mendapat perlakuan sama dari

Rudi, Reza, dan Ricky, bahkan Doni telah melucuti celana jins Nesha dan melemparnya ke bawah
kasur.
Lama-kelamaan, rasa geli yang nikmat membungkus tubuh saya. Percuma saya menjerit-jerit, akhirnya
saya pasrah. Melihatnya, Helmi langsung melucuti kaos saya, dan mencupang punggung saya.
Dio dan Faiz bahkan sudah membuka seluruh pakaian mereka kecuali celana dalam. Saya kagum juga
melihat dada Dio yang bidang dan harumnya khas cowok.
Saya hanya bisa terdiam dan meringis nikmat saat dada bidang itu mendekap saya dan menciumi bibir
saya dengan ganas. Saya membalas ciuman Dio sambil menikmati bibir Vino yang tengah mengulum
payudara saya yang ternyata sudah terlepas dari pelindungnya. Vagina saya terasa basah, dan gatal.
Seolah mengetahuinya, Faiz membuka celana saya sekaligus CD saya sehingga saya langsung bugil.
Agak risih juga dipandangi dengan begitu liar dan berhasrat oleh cowok-cowok itu, tapi saya sudah
mulai keenakan.
“Ssshh…. aaakhh…” saya mendesis saat Vino dan Adit melumat payudara saya dengan liar.
“Mmmhh… toket lo montok banget Va” gumam Adit.
Saya tersenyum bangga, namun tidak lama. Karena saya langsung menjerit kecil saat saya rasakan
sapuan lidah di bibir vagina saya.
“Cihuy… Riva emang masih perawan…” Helmi yang entah sejak kapan sudah berada di daerah rahasia
saya menyeringai.
“Akkkhh… jangan Gung…” desah saya saat saya merasakan kenikmatan yang tiada tara.
“Aku udah kebelet niih… aku perawanin ya Va…”
Tak terasa, sesuatu yang bundar dan keras menyusup ke dalam vagina saya, ternyata penis Helmi
sudah siap untuk bersarang disana. Saya mendesah-desah diiringi jeritan kesakitan saat ia menyodok
saya, dan darah segar mengalir.
“Sakiiit…” erang saya.
Helmi menyodok lagi, kali ini penisnya sudah sepenuhnya masuk. Saya mulai terbiasa, dan ia pun
langsung menggenjot dan menyodok-nyodok. Saya mengerang nikmat.
“Ssshh… terusss… yaaa, akh! Akh! Nikmat, Gung! Teruuss… sayang, puasin aku… Akkkhh…”
Sementara pantat Helmi masih bergoyang, cowok-cowok lain yang sudah telanjang bulat juga mulai
berebutan menyodorkan penis mereka yang sudah tegang ke bibir saya.

Aku dulu ya Va… nih, lu karaoke,” ujar Faiz sambil menyodokkan penisnya ke dalam mulut saya.
Saya agak canggung dan kaget menerimanya, tapi kemudian saya mulai mengulumnya dan
mempermainkan lidah saya menjelajahi barang Faiz. Ia mendesah-desah keenakan sambil meremmelek.
Sementara Adit masih menikmati buah dada saya, Vino nampaknya sudah mulai beranjak ke arah
Nesha yang dikerubuti dan digenjot juga sama seperti saya. Bedanya, saya lihat Nesha sudah
nungging, ala doggy style, penis Doni tengah menggenjot vaginanya dan toketnya yang menggantung
sedang dilahap oleh Ricky, sementara mulutnya mengoral penis Reza. Nesha nampak amat menikmatinya,
dan cowok-cowok yang mengerumuninya pun demikian.
Beberapa saat kemudian, saya lihat Doni orgasme, dan kemudian Faiz yang keenakan barangnya saya
oral juga orgasme dalam mulut saya, saya kewalahan dan hampir saja memuntahkan cairannya.
Mendadak, saya rasakan vagina saya banjir, ternyata Helmi sudah orgasme dan menembakkan spermanya
di dalam vagina saya, cowok itu terbaring lemas di samping saya, untuk beberapa menit, saya
kira ia tidur, tapi kemudian ia bangun dan menciumi pusar saya dengan penuh nafsu.
Kini, vagina saya sudah diisi lagi dengan penis Adit. Penisnya lebih besar dan menggairahkan,
sehingga membuat mata saya terbelalak terpesona. Adit menyodokkan penisnya dengan pelan-pelan
sebelum mulai menggenjot saya, rasanya nikmat sekali seperti melayang.
Kedua kaki saya menjepit pinggangnya dan bongkahan pantat saya turut bergoyang penuh gairah.
Saya biarkan tubuh saya jadi milik mereka.
“Akkkhh… ssshh… terus, teruuusss sayaaang… akh, nikmat, aaahhh…” erang saya keenakan.
Toket saya yang bergoyang-goyang langsung ditangkap oleh mulut dan tangan Faiz. Ia memainkan
puting susu saya dan mencubit-cubitnya dengan gemas, saya semakin kelojotan keenakan, dan
meracau tidak jelas.
“Akkkhh… teruuuss… entot aku, entooott aku teruuss! Aku milik luu… aakhh…!!”
“Iya sayyyaangg… aku entot lu sampe puasss…” sahut Adit sambil mencengkeram pantat saya dan
mempercepat goyangan penisnya.
Faiz juga semakin lahap menikmati gunung kembar saya, menjilat, menggigit, mencium, seolah ingin
menelannya bulat-bulat. Dan sebelum saya sempat meracau lagi, Helmi telah mendaratkan bibirnya di
bibir saya.

Kami saling berpagutan penuh gairah, melilitkan lidah dengan sangat liar, dan klimaksnya saat
gelombang kenikmatan melanda saya sampai ke puncaknya.
“Aaakkhh… aku mau…” belum selesai ucapan saya, saya langsung orgasme.
Adit menyusul beberapa saat kemudian, dan vagina saya benar-benar banjir. Tubuh Adit langsung jatuh
dengan posisi penisnya masih dalam jepitan vagina saya, ia memeluk pinggang saya dan menciumi
pusar saya dengan lemas.
Sementara saya masih saja digerayangi oleh Helmi yang tak peduli dengan keadaan saya dan meminta
untuk dioral, dan Faiz yang menggosok-gosokkan penisnya di toket saya dengan nikmat.
Beberapa saat kemudian, Helmi pun orgasme lagi. Helmi jatuh dengan posisi wajah tepat di samping
saya, sementara Faiz tanpa belas kasihan memasukkan penisnya ke vagina saya, dan menggenjot
saya lagi sementara saya berciuman penuh gairah dengan Helmi.

Selang beberapa saat Faiz orgasme dan jatuh menindih saya dengan penis masih menancap, ia
memeluk saya mesra sebelum kemudian tertidur. Saya sempat mendengar erangan nikmat dari arah
Nesha, sebelum akhirnya benar-benar tertidur kecapekan, membiarkan Adit dan Helmi yang masih
menciumi sekujur tubuh saya.
Selama tiga hari kami disana, kami selalu melakukannya setiap ada kesempatan. Sudah tak terhitung
lagi berapa kali penis mereka mencumbu vagina saya, namun saya menikmati itu semua. Bahkan, bila
tak ada yang melihat, saya dan Nesha masih sering bermesraan dengan salah satu dari mereka.
Seperti saat saya berpapasan dengan Helmi di tempat sepi, saya duduk di pangkuannya sementara
tangannya menggerayangi dada saya, dan bibirnya berciuman dengan bibir saya, dan penisnya
menusuk-nusuk saya dari bawah.
Sungguh pengalaman yang mendebarkan dan penuh nikmat, tubuh saya ini telah digauli dan dimiliki
beramai-ramai, namun saya malah ketagihan.



BIRTOTO2 BONUS DEPOSIT
 daftar member baru








Birtoto2 Welcome Bonus
BIRTOTO2 BONUS CASHBACK


Post a Comment

0 Comments

Search This Blog